9 Teknik Dasar Fotografi: Tips Ciptakan Foto yang Menarik

Belajar Teknik Dasar Fotografi

Jika Kamu ingin memiliki karya foto yang bagus, ada baiknya Kamu mempelajari dulu beragam teknik dasar fotografi. Ini adalah prinsip-prinsip dasar yang harus dikuasai oleh setiap fotografer, baik itu pemula maupun yang sudah berpengalaman.

Berikut ini adalah beberapa teknik dasar fotografi yang perlu Kamu pahami:

1. Teknik Dasar ISO

ISO dalam Fotografi
contoh hasil foto berdasarkan besar-kecilnya ISO. Semakin besar nilai ISO maka gambar akan semakin terlihat nois

Pertama kali untuk memahami teknik dasar fotografi, ada baiknya kamu pelajari dahulu tentang ISO.

ISO dalam fotografi merujuk pada ukuran kepekaan sensor atau film terhadap cahaya.

ISO adalah singkatan dari International Organization for Standardization, yang mengembangkan standar untuk mengukur sensitivitas film fotografi.

Dalam konteks digital, ISO mengacu pada pengaturan sensitivitas sensor kamera terhadap cahaya.

Berikut adalah beberapa hal yang perlu diketahui tentang ISO dalam fotografi:

Skala ISO

Skala ISO dalam fotografi umumnya dimulai dari ISO 100 dan meningkat dalam kelipatan dua seperti 200, 400, 800, 1600, dan seterusnya.

Setiap peningkatan nilai ISO menggandakan sensitivitas sensor atau film terhadap cahaya.

Misalnya, ISO 400 dua kali lebih sensitif daripada ISO 200.

Pengaturan ISO

Kamera digital memungkinkan pengguna untuk mengatur ISO sesuai dengan kondisi pencahayaan.

Pengaturan ISO yang lebih tinggi dapat digunakan dalam situasi pencahayaan rendah.

ISO rendah dapat digunakan pada saat ingin menggunakan kecepatan rana yang lebih tinggi untuk menghindari gerakan buram.

Pengaturan ISO yang lebih rendah cocok untuk kondisi pencahayaan yang cukup atau saat ingin mengurangi noise pada gambar.

Kompromi Kualitas

Peningkatan nilai ISO dapat membantu mendapatkan gambar yang lebih terang dalam situasi pencahayaan rendah, tetapi juga dapat menyebabkan peningkatan noise (butir) pada gambar.

Pada umumnya, semakin tinggi nilai ISO yang digunakan, semakin banyak noise yang terlihat pada gambar.

Oleh karena itu, perlu ada keseimbangan antara kecerahan gambar yang diinginkan dan tingkat noise yang dapat diterima.

Kemajuan Teknologi

Teknologi kamera terus berkembang, dan kamera modern memiliki kemampuan yang lebih baik dalam menangani ISO tinggi dengan mengurangi noise.

Kamera dengan sensor besar dan berkualitas tinggi biasanya menghasilkan gambar yang lebih baik pada pengaturan ISO tinggi dibandingkan dengan kamera dengan sensor kecil.

Pemahaman dan penggunaan ISO yang tepat, dapat membantu mengatasi situasi pencahayaan yang berbeda dan mencapai hasil yang diinginkan.

Dalam situasi dengan pencahayaan yang baik, penggunaan ISO rendah akan menghasilkan gambar yang lebih bersih.

Jika dalam situasi pencahayaan rendah, penggunaan ISO yang lebih tinggi dapat membantu menghasilkan gambar yang terang meskipun dengan adanya peningkatan noise.

2. Teknik Dasar Shutter Speed

shutter-speed-foto
Semakin cepat shutter, maka gambar akan terlihat lebih jelas. Jika menggunakan kecepatan rendah maka gambar yang bergerak akan tampak blur

Shutter speed dalam fotografi adalah pengaturan yang mengontrol lamanya waktu rana terbuka dalam kamera.

Ketika rana terbuka, cahaya masuk ke sensor atau film kamera, sehingga menentukan seberapa lama sensor atau film tersebut terpapar cahaya.

Berikut adalah beberapa hal yang perlu diketahui tentang shutter speed dalam fotografi:

Pengukuran Shutter Speed

Shutter speed diukur dalam satuan waktu, seperti detik (s), pecahan detik (misalnya 1/1000, 1/250, 1/60), atau dalam beberapa kasus dalam satuan yang lebih panjang seperti detik atau menit.

Kecepatan Rana

Shutter speed mengontrol seberapa cepat rana membuka dan menutup.

Menggunakan Shutter speed yang lebih cepat, seperti 1/1000 detik, memungkinkan waktu eksposur yang sangat singkat dan menghasilkan gambar yang bebas dari gerakan buram.

Sebaliknya, shutter speed yang lebih lambat, seperti 1/30 detik, memungkinkan waktu eksposur yang lebih lama dan dapat menghasilkan efek gerakan yang terlihat pada gambar.

Pengaturan Shutter Speed

Kamera digital umumnya memungkinkan pengguna untuk mengatur shutter speed secara manual atau menggunakan mode otomatis.

Pengguna bisa mengatur aperture priority (mode prioritas aperture) atau shutter priority (mode prioritas shutter speed).

Dalam mode manual, pengguna memiliki kontrol penuh atas pengaturan shutter speed sesuai dengan kebutuhan fotografi.

Pengaruh Shutter Speed terhadap Gambar

Shutter speed dapat mempengaruhi hasil foto dengan beberapa cara.

Penggunaan shutter speed cepat dapat membekukan aksi atau mengambil gambar yang tajam saat ada gerakan cepat.

Di sisi lain, penggunaan shutter speed lambat dapat menciptakan efek gerakan yang diinginkan, seperti pengaburan gerakan atau efek penangkapan cahaya dalam kondisi pencahayaan rendah.

Kompromi Shutter Speed

Pemilihan shutter speed seringkali melibatkan kompromi antara kecerahan gambar yang diinginkan dan pengontrolan gerakan atau keburaman.

Misalnya, untuk memotret objek yang bergerak cepat dalam pencahayaan terang, penggunaan shutter speed cepat diperlukan untuk menghindari gambar yang buram.

Dalam situasi seperti ini namun memerlukan pengaturan aperture atau ISO yang lebih tinggi agar gambar tetap terang.

Pemahaman tentang shutter speed dan penggunaan yang tepat dapat membantu dalam mencapai hasil yang diinginkan dalam fotografi.

Menggunakan shutter speed yang tepat, memungkinkan kontrol terhadap penanganan gerakan, pencahayaan, dan efek artistik dalam gambar.

3. Teknik Dasar Aperture

Aperture atau diafragma dalam kamera
Bukaan diafragma. Semakin lebar aperture maka akan semakin banyak cahaya yang masuk

Aperture atau diafragma dalam fotografi merujuk pada pembukaan di dalam lensa kamera yang mengatur jumlah cahaya yang masuk ke sensor atau film kamera.

Aperture ini dapat diubah-ubah sesuai dengan preferensi fotografer untuk mengontrol kedalaman bidang (depth of field) dan jumlah cahaya yang masuk ke dalam kamera.

Berikut adalah beberapa hal yang perlu diketahui tentang aperture dalam fotografi:

Skala Aperture

Aperture diukur dalam satuan yang disebut f-number atau f-stop, seperti f/1.4, f/2.8, f/4, f/5.6, f/8, dan seterusnya.

Semakin kecil angka f-stop, semakin besar pembukaan aperture dan semakin banyak cahaya yang masuk ke dalam kamera.

Depth of Field

Aperture mempengaruhi kedalaman bidang (depth of field) dalam gambar.

Kedalaman bidang mengacu pada sejauh mana area gambar, baik di depan maupun di belakang subjek, tampak tajam.

Aperture besar (f/1.4, f/2.8) menghasilkan kedalaman bidang yang dangkal, dengan latar belakang atau latar depan yang kabur.

Aperture kecil (f/8, f/11) menghasilkan kedalaman bidang yang lebih dalam, di mana lebih banyak area gambar tampak tajam.

Pengaturan Aperture

Kamera digital umumnya memungkinkan pengguna untuk mengatur aperture secara manual atau menggunakan mode otomatis seperti aperture priority (mode prioritas aperture) atau program mode.

Dalam mode manual, pengguna memiliki kontrol penuh atas pengaturan aperture sesuai dengan kebutuhan fotografi.

Pengaruh Aperture terhadap Pencahayaan

Pengaturan Aperture sangat mempengaruhi kuantitas cahaya yang masuk ke dalam kamera.

Aperture besar (f/1.4, f/2.8) memungkinkan lebih banyak cahaya masuk, sehingga menghasilkan gambar yang lebih terang.

Jika Aperture kecil (f/11, f/16) membatasi jumlah cahaya yang masuk, menghasilkan gambar yang lebih gelap.

Untuk mempertahankan kecerahan yang diinginkan, pengguna perlu memperhatikan pengaturan kecepatan rana atau ISO untuk menyesuaikan dengan perubahan aperture.

Bokeh

Bokeh merujuk pada kualitas dan tampilan latar belakang yang kabur dalam gambar.

Pembukaan aperture besar (f/1.4, f/2.8) cenderung menghasilkan bokeh yang lebih lembut dan kabur, memberikan efek penekanan pada subjek utama.

Efek ini sering digunakan dalam potret untuk memisahkan subjek dari latar belakang.

Pemahaman tentang aperture dan penggunaan yang tepat dapat membantu dalam mencapai hasil yang diinginkan dalam fotografi.

Menggunakan aperture yang tepat memungkinkan kontrol terhadap kedalaman bidang, pencahayaan, dan efek estetik dalam gambar.

4. Teknik Dasar White Balance (WB)

white balance kamera
Suhu warna foto bisa diatur sesuai yang diinginkan.

White balance dalam fotografi adalah proses penyesuaian warna gambar untuk menghasilkan reproduksi warna yang akurat dan sesuai dengan kondisi pencahayaan yang ada saat pengambilan gambar.

Kamera digital menggunakan white balance untuk menghilangkan atau mengkompensasi perubahan warna yang diakibatkan oleh suhu warna yang berbeda dari sumber cahaya yang digunakan.

Berikut adalah beberapa hal yang perlu diketahui tentang white balance dalam fotografi:

Suhu Warna

Setiap sumber cahaya memiliki suhu warna yang berbeda.

Cahaya dari matahari pada siang hari cenderung berwarna putih atau biru, sementara lampu pijar dapat memiliki suhu warna yang lebih hangat dan menghasilkan tampilan kuning atau oranye.

White balance digunakan untuk mengoreksi perbedaan suhu warna ini agar warna yang dihasilkan dalam gambar terlihat seperti yang dilihat mata manusia.

Pengaturan White Balance

Kamera digital memiliki beberapa pengaturan white balance yang dapat dipilih, seperti auto white balance (AWB), daylight, cloudy, tungsten, fluorescent, dan lainnya.

Pengguna dapat memilih pengaturan yang sesuai dengan kondisi pencahayaan yang ada saat pengambilan gambar.

Dengan kata lain, pengguna juga dapat mengatur white balance secara manual dengan menggunakan suhu warna yang ditentukan dalam kelvin.

Pemilihan White Balance

Pemilihan white balance yang tepat sangat penting untuk memperoleh reproduksi warna yang akurat dalam gambar.

Misalnya, dalam kondisi pencahayaan siang hari yang cerah, penggunaan pengaturan daylight atau AWB biasanya menghasilkan reproduksi warna yang akurat.

Namun, dalam kondisi pencahayaan yang lebih kuning atau oranye, seperti saat fotografi di dalam ruangan dengan lampu pijar, penggunaan pengaturan tungsten.

Koreksi White Balance

Jika white balance tidak teratur atau tidak akurat dalam gambar, pengguna dapat melakukan koreksi white balance saat pengeditan foto menggunakan perangkat lunak pengolah gambar.

Pengguna dapat memilih titik putih pada gambar yang seharusnya netral untuk menyesuaikan warna keseluruhan gambar.

Pemahaman tentang white balance dan penggunaan yang tepat dapat membantu dalam mencapai reproduksi warna yang akurat.

Selain itu juga dapat menghasilkan gambar yang menampilkan warna sebagaimana yang terlihat dalam kondisi pencahayaan yang sesungguhnya.

5. Teknik Dasar Komposisi

komposisi dalam fotografi
Contoh panduan mengatur komposisi dalam fotografi

Belajar mengatur komposisi foto menjadi satu hal yang tidak kalah penting untuk bisa menguasai teknik dasar fotografi.

Komposisi atau Composition dalam fotografi merujuk pada cara pengaturan elemen-elemen visual dalam suatu  bidang gambar.

Ini berguna untuk menciptakan tampilan yang menarik, seimbang, dan mengarahkan mata penonton ke subjek utama.

Komposisi yang baik membantu mengomunikasikan pesan yang diinginkan dan menciptakan daya tarik visual dalam gambar.

Berikut adalah beberapa prinsip komposisi dalam fotografi:

Rule of Thirds

Prinsip ini melibatkan membagi bingkai gambar menjadi sembilan bagian dengan dua garis vertikal dan dua garis horizontal.

Subjek utama dalam gambar ditempatkan di sepanjang garis atau di persimpangan garis ini untuk menciptakan keseimbangan visual yang menarik.

Posisi Subjek

Memposisikan subjek utama di sekitar area yang disebut Golden Ratio atau Golden Spiral dapat memberikan tampilan yang lebih dinamis dan menarik.

Prinsip ini melibatkan penggunaan rasio matematis tertentu untuk membagi bingkai gambar secara proporsional.

Garis dan Pola

Memanfaatkan garis yang kuat dalam gambar, seperti garis horizontal, vertikal, atau diagonal, dapat membantu mengarahkan mata penonton ke subjek utama.

Ini juga berguna untuk menciptakan perasaan gerakan atau kedalaman subyek.

Pola atau repetisi dalam elemen gambar juga dapat memberikan ketertiban visual dan menarik perhatian.

Ruang Negatif

Memberikan ruang kosong di sekitar subjek utama dalam gambar dapat memberikan kesan visual yang menarik dan memberikan perasaan keseimbangan.

Ruang negatif juga memberikan kesempatan bagi penonton untuk “bernapas” dan memfokuskan perhatian pada subjek utama.

Kedalaman dan Layering

Menciptakan kedalaman dalam gambar dengan menggunakan elemen foreground, middle ground, dan background dapat memberikan dimensi dan ketertarikan visual yang lebih besar.

Hal ini dapat dicapai dengan memanfaatkan elemen seperti jalan, pohon, atau objek lainnya yang membentuk lapisan atau jarak di antara mereka.

Titik Fokus

Menentukan titik fokus yang jelas dalam gambar membantu menarik perhatian dan mengarahkan mata penonton ke subjek utama.

Posisikan subjek utama pada titik fokus atau gunakan teknik pencahayaan atau kontras yang menonjolkan subjek tersebut.

Simplicity

Kadang-kadang, menyederhanakan komposisi dengan menghilangkan elemen yang tidak penting dapat menghasilkan gambar yang kuat dan efektif secara visual.

Penerapan prinsip-prinsip komposisi ini dapat membantu menciptakan gambar yang menarik dan memikat, serta membantu mengomunikasikan pesan yang diinginkan kepada penonton.

Namun, perlu diingat bahwa aturan komposisi dalam fotografi bukanlah ketentuan yang mutlak, dan eksperimen dengan pengaturan yang berbeda juga dapat menghasilkan hasil

Baca juga : Cara Sederhana Mengatur Komposisi Dalam Fotografi

6. Teknik Dasar Focusing

dengan focusing, subjek kupu-kupu terlihat lebih tajam
dengan focusing, subjek kupu-kupu terlihat lebih tajam

Focusing dalam fotografi merujuk pada proses mengatur fokus kamera agar subjek dalam gambar terlihat tajam dan jelas.

Ini melibatkan penyesuaian elemen optik dalam lensa atau sensor kamera untuk memfokuskan cahaya yang masuk ke titik yang tepat dalam gambar.

Focusing dapat dilakukan secara manual atau otomatis, tergantung pada jenis kamera dan pengaturan yang digunakan.

Dalam mode autofocus (AF), kamera secara otomatis mencoba mengenali subjek dan melakukan penyesuaian fokus sesuai dengan subjek tersebut.

Beberapa sistem autofocus menggunakan sensor khusus untuk mendeteksi kontras atau fase, sementara yang lain menggunakan deteksi wajah atau mata manusia untuk menentukan fokus yang tepat.

Pada mode manual focus (MF), fotografer mengatur fokus secara manual dengan memutar cincin fokus pada lensa untuk memperoleh ketajaman yang diinginkan.

Ini sering digunakan dalam situasi di mana autofocus mungkin tidak akurat atau ketika fotografer ingin memiliki kontrol penuh atas fokus.

Focusing yang baik adalah kunci untuk mendapatkan hasil foto yang tajam dan jelas.

Fotografer perlu memperhatikan subjek utama, komposisi, dan kedalaman bidang untuk memutuskan di mana fokus yang tepat harus ditempatkan.

Pemilihan titik fokus yang tepat dan pemahaman tentang teknik fokus, baik secara otomatis maupun manual, akan membantu mencapai hasil foto yang diinginkan.

Baca juga : Memahami Jenis Fokus dalam Foto dan Video

7. Teknik Dasar Exposure

perbedaan cahaya yang overexposed, normal dan underexposed dalam teknik dasar fotografi
perbedaan cahaya yang overexposed, normal dan underexposed

Teknik dasar fotografi selanjutnya yang juga harus Kamu kuasai adalah tentang Exposure.

Exposure dalam fotografi merujuk pada seberapa banyak cahaya yang diperbolehkan masuk ke sensor kamera saat pengambilan gambar.

Pengaturan exposure yang tepat memainkan peran penting dalam menghasilkan foto yang baik dengan detail yang baik, kontras yang seimbang, dan tingkat kecerahan yang diinginkan.

Tiga elemen yang mempengaruhi exposure dalam fotografi adalah:

Aperture (Lubang Diafragma)

Aperture mengontrol seberapa besar lubang di dalam lensa yang memungkinkan cahaya masuk ke sensor kamera.

Diukur dalam nilai f-stop, seperti f/2.8, f/4, f/8, dan seterusnya, di mana f/angka lebih kecil menunjukkan lubang diafragma yang lebih besar dan sebaliknya.

Aperture juga mempengaruhi kedalaman bidang (depth of field) dalam foto, yaitu seberapa banyak area gambar yang terfokus.

Shutter Speed (Kecepatan Pemotretan)

Shutter speed mengontrol berapa lama rana kamera terbuka untuk membiarkan cahaya masuk ke sensor.

Diukur dalam satuan detik, seperti 1/1000, 1/250, 1/30, dan sebagainya, di mana angka yang lebih kecil menunjukkan waktu yang lebih cepat.

Shutter speed yang cepat dapat menangkap objek bergerak cepat dengan detail yang tajam.

Sementara itu jika menggunakan shutter speed yang lambat, dapat menciptakan efek gerakan atau penangkapan cahaya dalam kondisi cahaya rendah.

ISO (International Organization for Standardization)

Menggunakan ISO mengacu pada sensitivitas sensor kamera terhadap cahaya.

ISO yang tinggi memiliki sensitivitas sensor sehingga dapat melakukan pengambilan gambar dalam kondisi pencahayaan yang rendah.

Dengan menggunakan ISO tinggi biasanya  juga dapat menyebabkan kualitas gambar yang lebih buruk dengan peningkatan noise.

ISO yang lebih rendah memberikan hasil yang lebih bersih tetapi membutuhkan lebih banyak cahaya untuk pengambilan gambar.

Pengaturan yang tepat dari aperture, shutter speed, dan ISO akan menciptakan exposure yang seimbang untuk mencapai hasil yang diinginkan.

Terlalu terang (overexposed) akan menghasilkan gambar yang terlalu cerah dan kehilangan detail, sedangkan terlalu gelap (underexposed) akan menghasilkan gambar yang terlalu gelap dengan detail yang tersembunyi.

Dalam teknik dasar fotografi ini, Fotografer perlu memahami dan menguasai pengaturan exposure untuk menghasilkan foto yang sesuai dengan visi mereka.

Baca juga : Segitiga Exposure: ISO, Aperture, dan Shutter Speed

8. Teknik Dasar Depth of Field

bunga teratai merah tampak lebih tajam dibanding background dan foreground-nya
bunga teratai merah tampak lebih tajam dibanding background dan foreground-nya

Depth of Field (DoF) adalah teknik dasar fotografi yang mengacu pada rentang area yang terlihat tajam dalam gambar.

Dimulai dari titik fokus utama hingga sejauh ke depan (foreground) dan/atau ke belakang (background) subjek.

Dalam kata lain, DoF menggambarkan sejauh mana area gambar yang akan terlihat jelas dan fokus, serta sejauh mana area yang akan terlihat buram atau kabur.

Depth of Field dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:

Aperture

Aperture atau lubang diafragma pada lensa memainkan peran penting dalam mengatur Depth of Field.

Penggunaan aperture yang lebar (kecil dalam nilai f-stop, seperti f/1.8) akan menghasilkan Depth of Field yang dangkal, di mana hanya subjek utama yang fokus dan latar belakang menjadi buram.

Sebaliknya, aperture yang lebih kecil (besar dalam nilai f-stop, seperti f/16) akan menghasilkan Depth of Field yang lebih dalam, di mana baik subjek utama maupun latar belakangnya tetap terlihat jelas.

Jarak Fokus

Jarak antara kamera dan subjek juga mempengaruhi Depth of Field.

Semakin dekat jarak fokus dengan subjek, semakin dangkal pula Depth of Field yang dihasilkan.

Sebaliknya, semakin jauh jarak fokus dari subjek, semakin dalam Depth of Field yang dapat dicapai.

Panjang Fokus Lensa

Panjang fokus lensa juga berkontribusi terhadap Depth of Field.

Lensa dengan panjang fokus yang lebih pendek, seperti lensa wide-angle, cenderung memiliki Depth of Field yang lebih dalam.

Sementara itu, lensa dengan panjang fokus yang lebih panjang, seperti lensa telefoto, cenderung memiliki Depth of Field yang lebih dangkal.

Depth of Field yang diinginkan tergantung pada jenis foto yang ingin dihasilkan.

Dalam fotografi potret, terkadang diinginkan Depth of Field yang dangkal untuk memisahkan subjek utama dari latar belakang yang buram, menciptakan efek bokeh yang indah.

Sementara itu, dalam fotografi lanskap, Depth of Field yang lebih dalam diinginkan untuk memastikan bahwa baik subjek depan maupun latar belakang terlihat tajam dan jelas.

Fotografer dapat mengontrol Depth of Field dengan mengatur aperture, jarak fokus, dan panjang fokus lensa.

Pemahaman tentang Depth of Field memungkinkan fotografer untuk mencapai efek yang diinginkan dan mengarahkan perhatian penonton ke subjek utama dalam gambar.

9. Teknik Dasar Rule of Thirds

contoh penggunaan komposisi Rule of thirds dalam teknik dasar fotografi
contoh penggunaan komposisi Rule of thirds

Teknik dasar Rule of Thirds dalam fotografi adalah prinsip komposisi yang digunakan untuk menciptakan keseimbangan, daya tarik visual, dan kepentingan dalam sebuah gambar.

Prinsip ini melibatkan membagi bingkai gambar menjadi sembilan bagian yang sama.

Pembagian menggunakan dua garis vertikal dan dua garis horizontal yang memotong satu sama lain membentuk empat titik pertemuan (intersection points).

Konsep Rule of Thirds berfungsi sebagai panduan untuk menempatkan subjek utama atau elemen penting dalam foto pada atau dekat garis atau titik pertemuan.

Dengan menempatkan subjek utama atau elemen penting di sepanjang garis atau di dekat titik-titik pertemuan, gambar tersebut menjadi lebih menarik secara visual dan lebih seimbang.

Dalam prakteknya, jika Anda memotret lanskap, Anda bisa menempatkan garis horisontal di sekitar dua per tiga dari atas atau bawah frame untuk menekankan langit atau tanah yang luas.

Jika Anda memotret potret, Anda mungkin ingin menempatkan mata subjek di sekitar salah satu titik pertemuan untuk menciptakan ketertarikan visual.

Meskipun Rule of Thirds adalah prinsip komposisi yang umum digunakan, tidak ada aturan yang baku dalam fotografi.

Kadang-kadang, melanggar Rule of Thirds atau menggabungkannya dengan prinsip komposisi lainnya seperti simetri atau leading lines dapat menghasilkan foto yang menarik secara visual.

Intinya, Rule of Thirds adalah alat bantu yang dapat membantu mengarahkan komposisi Anda, tetapi kreativitas tetaplah kunci utama dalam menghasilkan foto yang menarik dan berkesan.

Itu adalah beberapa teknik dasar fotografi yang perlu dipahami oleh setiap fotografer. Namun, tidak perlu menguasai semuanya sekaligus.

Mulailah dengan mempelajari teknik dasar dan teruslah berlatih untuk meningkatkan keterampilan fotografi Anda.

Baca Juga : Daftar Peralatan Fotografi Pernikahan

Sumber Foto : pixabay.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *